Senin, 22 Agustus 2011

Analisis tentang puisi " senja dipelabuhan kecil" karya chairil anwar

Senja di pelabuhan kecil

Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
1946

Analisis puisi senja dipelabuhan kecil...

Diksi
Pilihan kata dalam puisi ini terlihat biasa dan terkesan kata-kata yang digunakan dalam kesehariaannya. Tetapi arti katanya bukan arti yang sebenarnya. Walaupun dengan kata-kata yang biasa tapi Chairil memberikannya sebaagai kata-kata yang mengandung makna konotasi

Irama
Chairil bukanlah penyair yang selalu terikat pada peratturan sehingga kadang-kadang dia tak pernah memperhatikan bunyi yang ada dalam puisinya.

Bahasa Kiasan
meskipun bahasa dalam puisi ini adalah bahasa percakapan sehari-hari tetapi semuanya adalah bahasa kias. Dalam puisi ini banyak berbagai bahasa kias yang dipakai penyair untuk memperdalam makna yang ada dalam puisinya.

Citraan
citran yang ada dalam puisi adalah penglihatan imagery. Yang mengisyaratkan bahwa pelabuhan kecil itu merupakan tempat perpisahanya. Seolah-olah puisi ini membawa pembaca dengan inderanya untuk melihat suasana pelabuhan yang kecil dan seakan-akan mati. Dengan khayalan yang sudah tergambar Chairil mencoba lagi membawa pembaca lewat puisinya ke dunianya tersebut agar bisa merasahan kesedihan yang dia rasakan.


Pemikiran dalam Sajak
sajak ini merupakan luapan hati penyair yang sedih setelah ditinggal kekasihnya Sri Ayati menikah dengan seorang perwira. Hal ini merupakan pukulan bagi Chairil karena kekasih yang sangat disayanginya harus menikah dengan orang lain.



Chairil Anwar sastrawan pendobrak angkatan -45


Chairil Anwar
lahir : 26 juli 1922, Medan Sumater utara.
Chairil Anwar adalah legenda sastra yang hidup di batin masyarakat
Indonesia. Ia menjadi ilham bagi perjuangan kemerdekaan bangsanya.
Namun siapa sangka, penyair yang memelopori pembebasan bahasa Indonesia dari tatanan lama ini adalah juga seorang pengembara batin yang menghabiskan usianya hanya untuk puisi?
Berikut ini tulisan tentang Chairi Anwar, yang sebagian besar bahannya dicuplik dari buku Chairil Anwar: Sebuah Pertemuan, karya Arief
Budiman, ditambah beberapa referensi lain serta sejumlah wawancara.
"Di Jalan Juanda (Jakarta) dulu ada dua toko buku, yang sekarang
jadi kantor Astra. Namanya toko buku Kolf dan van Dorp. Koleksinya luar biasa banyak.
Saya dan Chairil suka mencuri buku di situ," begitu Asrul Sani pernah
bercerita.
"Suatu kali kami melihat buku Friedrich Nietzsche, Also Sprach Zarathustra. `Wah, itu buku mutlak harus dibaca,' kata Chairil pada saya. `Kau perhatikan orang itu, aku mau mengantongi Nietzsche ini.' Chairil memakai celana komprang dengan dua saku lebar, cukup besar untuk menelan buku itu."
Buku-buku filsafat, termasuk buku Nietzsche tadi, diletakkan di antara
buku-buku agama. Kebetulan buku Nietzsche ukuran dan warna sampulnya yang hitam persis betul dengan kitab Injil. "Sementara Chairil
mengantongi buku, saya memperhatikan pelayan toko," kata Asrul. "Hati saya deg-degan setengah mati.
Setelah buku berpindah tempat, kami lantas keluar dari toko dengan
tenang. Tapi sampai di luar tiba-tiba Chairil terkejut, `Kok ini? Wah, salah
ambil aku!' sambil tangannya terus membolak-balik buku. Rupanya Chairil salah mengambil Injil. Kami kecewa sekali."
Chairil Anwar memang seorang "penggila" buku, yang dengan rakus
melahap karya-karya W.H. Auden, Steinbeck, Ernest Hemingway, Andre Gide, Marie Rilke, Nitsche, H. Marsman, Edgar du Peroon, J. Slauerhoff, dan banyak lagi.
Tapi dia adalah penggila buku yang urakan, selalu kekurangan uang, tidak
punya pekerjaan tetap, suka keluyuran, jorok, penyakitan, dan tingkah
lakunya menjengkelkan. Alhasil, lengkaplah "ciri-ciri" seniman pada
dirinya.
Namun, dia juga contoh yang baik tentang totalitas berkesenian dalam dunia sastra Indonesia. Jika Sanusi Pane, Amir Hamzah, Rustam Effendi, dan M. Yamin hanya menjadikan kegiatan menulis puisi sebagai kegiatan sampingan, di samping tugas keseharian mereka sebagai redaktur sebuah surat kabar, politikus, atau lainnya, ia semata-mata hidup untuk puisi dan dari puisi.
Tak Terurus. Nama Chairil mulai dikenal di kalangan seniman pada tahun
1943. H.B. Jassin punya cerita. "Suatu hari di tahun 1943," tuturnya,
"Chairil datang ke redaksi Pandji Pustaka; seorang muda kurus pucat tidak terurus kelihatannya.
Matanya merah, agak liar, tetapi selalu seperti berpikir. Gerak-geriknya lambat seperti orang tak peduli. Ia datang membawa sajak-sajaknya untuk dimuat di majalah Pandji Pustaka. Tapi didapatnya keterangan bahwa sajak-sajaknya tidak mungkin dimuat. Kata pemimpin majalah itu, `Susunan Dunia Baru' (sajak Chairil) tidak ada harganya. Sajak-sajak individualis lebih baik dimasukkan saja dalam simpanan prive (privacy) sang pengarang. Kiasan-kiasannya terlalu mem-Barat."
Sejak itu sang penyair sering terlihat di kantor Pusat Kebudayaan
(Keimin Bunka Shidoso), yang didirikan Jepang tahun 1943 di Jakarta, dan diketuai sastrawan Armijn Pane. Di kalangan seniman waktu itu, ia mulai sering disebut-sebut sebagai penyair muda yang memperkenalkan gagasan-gagasan baru di sekitar puisi.
Gaya bersajak dan elan vital dalam puisi-puisinya yang bercorak individualistis dan mem-Barat membedakannya dengan kecenderungan puisi-puisi yang dilahirkan generasi sebelumnya (baca: Poedjangga Baroe).
Bukan secara kebetulan agaknya jika sajak-sajak Chairil memiliki
nuansa individualistis yang kental. Pergumulan total Chairil dengan kesenian agaknya telah menuntun sang penyair terjerembab dalam sebuah ritus pencarian filosofis.
Semacam tertuntun pada sebuah kredo bahwa di dalam kesenian, berfilsafat menjadi keniscayaan yang menusuk. Terutama karena berkesenian mengharuskan sang seniman berhadapan dengan problem-problem tentang ketuhanan, kebebasan, dan apa saja.
Salah Kaprah. Buat kita sekarang, sosok Chairil sudah lekat dengan citra
kepenyairan Indonesia. Sejumlah larik puisi dari penyair kita ini telah menjadi semacam pepatah atau kata-kata mutiara yang hidup di kalangan
masyarakat:
Dan banyak karya chairil yang memiliki makna tersembunyi yang tidak begitu saja mudah difahami oleh banyak orang. Seperti:
"Aku ini binatang jalang", "Hidup hanya menunda kekalahan",
"Aku mau hidup seribu tahun lagi", dan masih banyak lagi. Atau bertanyalah pada siswa SLTP dan SLTA siapa penyair kondang Indonesia, niscaya mereka akan menyebut namanya, lengkap dengan beberapa judul syairnya.
Tapi mungkin tidak banyak yang tahu, ada yang salah dalam persepsi kita
mengenai tokoh yang satu ini. Ada yang salah kaprah. Sebagai ilustrasi, sajak "Aku" lebih sering dipahami banyak orang sebagai sajak pemberontakan terhadap penjajahan. Padahal tidak. Kata Asrul Sani, sajak itu sebenarnya tidak lebih dari "teriakan putus asa dan rasa getir", termasuk penolakan terhadap sesuatu yang sangat berarti dalam hidupnya, yaitu ayahnya.
Sajak "Diponegoro" juga sering dikira sajak perjuangan.
Padahal, seperti pernah diulas Arief Budiman, sajak itu adalah cerminan dari ekspresi kekaguman Chairil pada semangat hidup Pangeran Diponegoro, di saat jiwanya amat diresahkan dengan kematian dan absurditas.
Ia menulis puisi pertamanya, "Nisan", pada Oktober 1942, ketika ia berusia 20 tahun, ketika teknik persajakan belum dikuasainya benar. Para
pengamat sastra menganggap sajak ini sebagai sajak tertuanya. Padahal, menurut H.B. Jassin, sebelum "Nisan" Chairil sudah lebih dulu membuat sajak-sajak corak Pujangga Baru, tapi karena tidak memuaskannya lalu dia buang.
Bukan kematian benar menusuk kalbu
Keridhaanmu menerima segala tiba
Tak kutahu setinggi itu di atas debu
Dan duka maha tuan tak bertahta.
Sajak "Nisan" ini, yang didedikasikan untuk neneknya yang baru meninggal, merupakan renungan Chairil tentang kematian, yang di matanya teramat misterius, namun tak terhindarkan oleh siapa pun.
Renungannya ini lalu menghantarkan ia pada pertanyan eksistensial: "Bila manusia mati, lantas apa gunanya segala usaha yang dilakukan dalam hidup ini?"
Pertanyaan filosofis itu terus mengejarnya, sementara kehidupan sendiri
tidak pernah memberinya jawaban yang memuaskan. Maka bukan hal yang aneh, di saat batin kemanusiaannya begitu merindukan semangat menghadapi hidup yang absurd dengan gagah berani, tiba-tiba Chairil mendapati sosok legendaris Pangeran Diponegoro sebagai perwujudan yang konkret dari kegairahannya mempertahankan hidup.
Inilah agaknya yang lalu mengilhaminya menulis sajak "Diponegoro", pada Februari 1943. Meski sama-sama berbicara tentang kematian, sajak-sajak yang ditulis Chairil menjelang akhir hayatnya lebih sublim dan intens.

Senin, 27 Desember 2010

cerpen...

dimana ibuku.......??

malam itu puncaknyasaat ayah pulang dan ibu sudah 2 hari belum pulang, ayah nampak diam masuk kekamar dengan menenteng tas hitam yang berisi berkas kerja ayah
aku terdiam sambil menatap ayah,ayah berkata sudah makan malam sayang...?belum kan nunggun ayah'jawabku' ya sudah ayah mandi dulu nanti kita makan malam sama sama,
saat kami berdua sedang makan malam tibatiba ada seseorang yang mengedor gedor pintu,dan ayah membukkan nya dan ternyata itu adalah ibu yang pulang dengan keadaan mabuk
ayah bergegas menarik ibu kekamar dan dengan mata berkaca kaca
dan ayah berkata padaku"sayang kamu tidur saja sana masuk kamar" akupun bergegas mengikuti perintah ayah,
terdengar suara tangisan, teriakan dan pukulan dari kamar atas,
tiba tiba suara itu semakin keras dan menuju ke bawah,,, dan aku pun keluar dari kamar dan melihat ibu sudah menenteng koper sambil menangis
dan menuju pintu depan
akupun bergegas mecegah ibu..

puisi..

melodi cinta ke-2


saat berjumpa pertama menahan rasa untuk menyapa,
memaksa hati menahan rasa,,
melihat tatapan mata tak kuasa menahan melodi cinta pertama

berperan hati m,engucap rasa
rasa cinta dalam melodi cinta pertama
satukan rasa dihati kita, menahan hasrat untuk tak jumpa menyapa berdua

saat pertemuan kedua hasrat tak lagi bisa menahan rasa
rasa yang begitu besar membara dijiwa
hasrat cinta kian membara karna melodi cinta ke-2

....

puisi...

menduakan cinta.,

rasa cinta yang kubawa tiada guna..
membawa rasa perihnya cinta saat berjumpa
walau sakit menahan rasa saat berjumpa
pastikan semua bisa mengontrol emosi dijiwa,
saat sang mantan mengatakan cinta pertama
yang teringat hanya perihnya hati yang menusuk sampain kejiwa,
melihat masalalu yang begitu sakit karna diduakan oleh cint,
cinta yang tega menghianati sebuah setia
setia rasa menjalin cinta ditempat berbeda
karna jarak dan waktu memisahkan kita
dan mendua yang menghancurkan cinta..

...

Minggu, 12 Desember 2010

cerpen.....!

CINTAKU DITELAN WAKTU...


neng geliss kapam pulang neng..?'kemarin akang'mari neng.'iya kang' (melanjutkan menyapu halaman)mari neng ica'mangga atu mbuk'neng...neng ica kumahak damang'namang alhamdulilah mbuk andiknya teh ada dirumah mbuk...? endak atu neng andi teh kalau jam segini masih kerja 'emangnya andi teh kerja di mana ambu...? iya neng ica andik mah kerja di kafe fiktoria ujung jalan sana sejak neng ica teh pergi ke jakarta andik teh sangat sedih neng terus andi teh cari kesibukan aja kebetulan kafe didepan sana baru buka terus andik teh ngelamar kerja disana..'terus kuliahnya andik teh gimana atuh ambu...?andik teh masih kuliah juga neng tapikan kuliahnya pagi jadi kalau malam andi bisa kerja. udah atu neng ambu teh mau kepasar dulu sudah kesiangan,sebentar lagi andi teh udah pulang nene ica maen kerumah aja neng (jam 8 pagi setelah ica mandi dan akan kepasar dia menyempatkan diri untuk mampir kerumah andik)
tok....tok....tok...asalamualaikum dik andik asalamualaikum. iya walaikumsalam(sambil membuka pintu)
ica...????ahhhh kangen kemana aja kok gak pernah kasih kabar siehhh(sambil memeluk ica)udah ahhh biasa aja kali,apa biasa kamu bilang ya engak lah,,
kumahak kamu teh dijakarta damang 'daman...?'damang atuh kamu sendiri kumahak...? damang saness
gimana ndik kuliah nya masih lancarkan...?lancar atuhh...!kata ambu kamu kamu teh kuliah sambil kerja yaaa....? iya laaa gimana lagi buat sampingann bantu bantu ambuk.
kamu teh kenapa tumben pulang kampung kan lebaran kemarin kamu teh malah engak pulang...? besok kamu teh juga pasti akan tau kok. apaan sieg kamu gietu yaaa sekarang maen rahasia-rahasiaan sama aku, engak gietu siehhh mnanti malam kamu juga pasti akan tau..!
ndik ngomong_ngomong kamu tbh mau berangkat kuliah sekarang ya...?iya sieh emank kenapa.....?kalau kamu mau berangkat sekarang ayoo sareng sama saya.saya juga teh mau ke pasar buat keperluan nanti malam..!ya dah tungu bentar ya ca....!
(andik dan ica masuk mobil dan berangkat)
sampai sini aja ya ndik q mau ke pasar sana....! oke deah ca....!
setelah pulang kuliah andik melewati rumah ica. loe oq rumah ica rame banget yeah 'pikir andik'
ndik andik'suara ica memanggil anndik dari dalam rumah,ada apa ca...? nanti malam kamu kesini yaaa dirumahku lagi ada acara. oke siap deah neng ica...!
ca kamu tau gak sieh kalau aku sebenarnya masih sayanh banger sama kamu"ucap andik dalam hati" sambil melangkahkan kaki pulang menuju rumah.
(malam harinyasaat andik menuju rumah ica)
loee oq banyak mobil plat jakarta siehh didepan rumah ica, andi pun bertanya tanya dalam hati.
ndik sini masuk jangan didepan pintu"ucap ambu" ya mbuk "jawab andik"
mbuk kunaon ini teh kok banya mobil segala...? kamu teh belum tau ndik....? emangnya teh tau apa atuh mbuk....?
neng ica kan malam ini lagi lamaran sama mas firman anak bos neng ica waktu dijakarta.
apaaa...?ica sudah mau dilamar kenapa,kenapa ca aku kan masih sayang banget sama kamu ca...!"ucap ica dalam hati sambil mata berkaca-kaca"
(acara lamaran pun berjalan dengan lancar dengan mata andik tak berani ,menatap prosesi acara lamaran itu)
seyelah acara selesai dan semua tamu sudah pulang andik mengajak ica untuk ngobrol di taman.
ca maksut kamu bagaimana kenapa kamu tega gak memberitau aku kalau kamu dilamar sama firtman malam ini, maaf ndik bukan maksut aku begini tapi aku hanya ingin kamu terkejut atas kebahagian yang saat ini aku rasakan,
jujur ya ca aku sangat sedih karna acara ini...!apa kenapa....?karna aku masih sangat sayang sama kamu ca...!"sambil memeluk ica"
engak ndik kamu adalah sahabat terbaikku dan mas firman adalah cintaku ndik dan aku yakin kalau kamu pasti akan menemukan yang lebih baik dari aku...!"sambil melepaskan pelukan andik dan melangkah masuk kedalam rumah.
andik masaih terduduk ditaman dan bertertiak CINTAKU DITELAN WAKTU....ahahahhhhhh


THE AND